Wednesday, February 12, 2020


Python molurus bivittatus (1).jpg      ULAR SANCA BODO/PYTHON MOLURUS


SANCA BODO/ MOLURUS PYHTON:Sanca bodo (Python bivittatus) adalah sejenis ULAR besar . Awalnya, ular ini adalah anak jenis dari Python molurus . Namun sekarang, dijadikan spesies tersendiri. Nama umum ular ini adalah sanca bodo, ula sawa bodo, dan sebagainya; nama umumnya dalam Inggris adalah Burmese python, South-east Asian rock python, atau Tiger python. Ular ini tersebar di beberapa daerah tropis dan subtropis di ASIA TENGARA

SPESIFIKASI TUBUH SANCA BODO
Tubuh berukuran besar. Panjangnya antara 3 sampai 6 meter, namun seringnya hanya sampai 5 meter. Berat tubuh sampai 160 kg. Mempunyai warna dasar coklat muda dengan bercak-bercak berpentuk tidak beraturan berwarna coklat tua, ada pula yang berwarna dasar kuning, karamel, atau krem, dengan bercak-bercak kuning pekat, cokelat, atau oranye. Corak yang hampir sama dengan kerabat dekatnya, yak sanca india (Python molurus). Namun sanca bodo dibedakan karena adanya corak berbentuk huruf "V" berwarna kuning pucat atau putih di atas kepalanya

KEBIASAN SANCA BODO
Sanca bodo mendiami hutan tropis atau hutan musim yang lembab. Biasanya ditemukan tidak jauh dari air atau tempat lembab bahkan kadang di dekat pemukiman. Ular sanca bodo umumnya beraktivitas di tanah dan/atau di dalam air, tetapi ular ini kerap memanjat pohon untuk berburu atau berjemur.
Ular ini memangsa hewan-hewan berukuran sedang hingga besar, mangsa ular ini umumnya kadal, tikus, burung, ayam hutan, musang, kera, bajing, rusa, dan kijang.Bahkan pernah dilaporkan dari MYANMAR bahwa ada spesimen yang ditemukan sedang berjemur dan baru saja menelan seekor MACAN TUTUL

                    

Wednesday, February 5, 2020

Tiliqua scincoides scincoides.jpgBengkarung lidah biru atau genus Tiliqua, adalah kelompok bengkarung bertubuh gemuk yang memiliki ciri-ciri khas yaitu lidah yang berwarna biru atau indigo. Kadal-kadal ini tersebar luas di kepulauan Maluku, Papua, hingga Australia.

Pengenalan

Semua jenis dari marga ini memiliki tubuh yang padat namun agak pipih. Tubuh berwarna belang-belang kecokelatan atau keabu-abuan dan gelap, kecuali Tiliqua nigrolutea dan Tiliqua rugosa. Sesuai dengan namanya, kadal-kadal ini memiliki lidah yang lebar dan berwarna biru tua atau hitam kebiru-biruan. Kadal ini akan menjulurkan lidahnya jika diganggu, dengan maksud agar pengganggunya menyangka bahwa kadal ini beracun lalu pergi meninggalkannya. Kadal-kadal ini gerakannya cukup lamban dibandingkan jenis kadal-kadal lainnya. Kadal-kadal ini menyukai serangga, arachnida kecil, sayuran, dan buah-buahan sebagai makanannya. Hampir semua spesies tersebar di Australia, kecuali Tiliqua gigas yang hanya terdapat di Maluku dan Papua. Kadal-kadal ini berkembang biak dengan bertelur. Kadal-kadal ini bertelur sebanyak 5-20 butir telur, jumlah telur setiap spesies berbeda. Telur-telurnya akan menetas setelah inkubasi antara 3 hingga 5 bulan lamanya. Panjang kadal muda yang baru menetas mencapai sekitar 13 cm.

Spesies


https://id.wikipedia.org/wiki/Bengkarung_lidah_biru


Ambon-segelechse-01.jpg

Soa-soa atau kadal air adalah kadal  yang mempunyai panjang tubuh ± 34,5 cm. Panjang keseluruhan termasuk bagian ekor 75 cm. Soa-soa berasal dari Indonesia Timur daerah Sulawesi (Latimojong, Tempe, Pampama, Palopo, Makasar, Poso, dan Manado), juga terdapat di Kepulauan Togian, Buton, Ambon, Seram, Bacan, Ternate, Halmahera, Waigeo, Papua, dan Pilipina. Soa-soa juga disebut Amboina sail-finned lizard atau Amboina sailfin lizard (Hydrosaurus amboinensis) merupakan kadal agamid terbesar di dunia, bahkan bisa mencapai panjang 1 meter. Soa-soa adalah binatang yang pandai berenang.




Jenis
Soa-soa termasuk dalam keluarga Agamidae, marga Hydrosaurinae, dan jenis Sauria atau lizard (kadal). Ia masuk dalam sub-sepesies dengan nama umum Sailfin Lizard.
Adapun sinonim nama dari Soa-soa (Nama pemberian Scholosser 1768: Lacerta amboinensis) berdasarkan penemunya adalah sebagai berikut

  • Lacerta amboinensis — SHAW & NODDER 1799: plate 403
  • Lacerta lophura SHAW 1802: 218
  • Istiurus Amboinensis — CUVIER 1829
  • Lacerta Amboinensis — CUVIER 1831: 131
  • Istiurus Amboinensis — DUMÉRIL & BIBRON 1837: 380
  • Lacerta javanica HORNSTEDT in GRAY 1845: 246 (nom. nud.; fide GRAY 1845)
  • Lophura shawii GRAY 1845: 247 (nom. subst. pro Lacerta amboinensis etc.)
  • Istiurus microlophus BLEEKER 1860
  • Lophura celebensis PETERS 1872: 581
  • Lophura amboinensis — GÜNTHER 1873
  • Lophura amboinensis — BOULENGER 1885: 402
  • Hydrosaurus amboinensis — POCHE 1903: 698
  • Lophura amboinensis — DE ROOIJ 1915: 128
  • Hydrosaurus amboinensis — WERMUTH 1967: 64
  • Hydrosaurus amboinensis — MANTHEY & SCHUSTER 1999: 69

Ciri-ciri Fisik
Soa-soa memiliki kepala kecil dengan moncong panjang dan lubang hidung oval di dekat ujung moncong. Pada kepala dan moncong terdapat semacam punuk berskala besar dan sebagian lagi berskala kecil. Tubuhnya silindris (menyerupai bentuk silinder) dan padat berisi, bagian belakang memiliki tulang lanset besar yang ditutupi dengan sisik kecil. Ada empat tungkai panjang yang berkembang dengan baik; anggota badan bisa mencapai mata atau lubang hidung. Pada jari kaki depan (tangan) dan kaki belakang terdapat sirip kulit. Karakteristik unik kadal bersirip ini adalah ekornya, yang yang memiliki panjang dua kali lipat dibanding badannya. Pangkal ekor berukuran tebal dan berbentuk bulat, semakin ke ujung semakin pipih atau rata. Bentuk pilih dari ekor tersebut dapat membantu kadal berenang, ekor sebagai alat mendayung sekaligus pengemudi. Soa-soa memiliki warna cenderung gelap coklat kehijauan dengan bintik-bintik hitam.

Populasi
Populasi Soa-soa sangat menurun seiring kerusakan lingkungan tinggalnya, mereka juga diburu dan diambil telornya.Soa-soa termasuk satwa liar yang dilindungi.

Habitat
Soa-soa lazimnya hidup di pohon-pohon yang tumbuh di sekitar aliran sungai atau kolam. Mereka lazimnya hitup di hutan. Namun Soa-soa remaja sering kali didapati hidup di parit-parit. Di Pilipina, Soa-soa sudah punah seiring ketidaknyamanan habitat mereka karena penebangan hutan.

Makanan
Soa-soa hidup dari makan tanaman, daun-daunan, dan buah-buahan. Soa-soa yang masih remaja biasanya makan biji-bijian. kadal bersirip ini juga makan serangga, tikus dan kaki seribu. Pada usia remaja makan 60% memangsa (binatang) dan 40% lainya tanaman, sedangkan usia dewasa makan 50% dari memangsa (binatang) dan 50% dari tanaman.

Reproduksi (cara berkembang biak)
Hydrosaurus amboinensis mampu hidup mencapai usia 15 tahun atau lebih. Mereka biasanya memiliki 5-9 butir telor, dan hanya sekali bertelur dalam waktu setahun.Telor-telor tersebut membutuhkan waktu sekitar 65 hari untuk menetas.
https://id.wikipedia.org/wiki/Soa-soa

Beberapa Jenis Iguana Eksotis yang Cocok Buat Dipelihara 

1. Iguana Hijau
Foto : Pixabay
Jenis ini sangat banyak dan populer dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Tubuhnya didominasi oleh warna hijau, Iguana ini terdapat di Meksiko, Amerika dan Brasil Selatan.
2. Iguana Merah
Foto : keyword-suggestions.com
Sesuai dengan namanya, jenis iguana yang satu ini berwarna merah gelap hingga jingga. Red Iguana banyak dipelihara di Indonesia. Bentuk tubuhnya mirip dengan Iguana Hijau, hanya saja warnanya didominasi oleh warna merah.
3. Iguana Biru
Foto : zonaair.blogspot.com
Iguana biru mempunyai nama latin Cyclura Lewisi dan sering juga disebut dengan Grand Cayman Iguana. Disebut Grand Cayman Iguana karena jenis iguana yang satu ini memang menjadi spesies kadal endemik di pulau Grand Cayman.
4. Iguana Blue Diamond
Foto : pinterest.com
Blue Diamond Iguana sebenarnya masih satu spesies dengan Iguana Hijau, dengan warna dasar hijau mudanya walaupun ada beberapa yang memang berwarna kebiru-biruan. Iguana ini tergolong jenis Iguana yang paling dicari. Hal ini didasari oleh warna biru di kepala yang membuat para penggemarnya jatuh hati.
5. Iguana Laemanctus
Foto : terrarium.pl
Iguana Laemanctus merupakan salah satu Iguana endemik di Amerika Tengah. Pada umumnya Iguana Laemanctus berwarna hijau dengan warna coklat di bagian atas kepalanya. Lemanctus bisa juga dipanggil "iguana pemakai helm" hihi mengapa? karena dia mempunyai benjolan di bagian kepala belakang yang menyerupai helm.
6. Iguana Chalarodon
Foto : dreamaquatic.com
Corak warna yang berbeda dengan Iguana pada umumnya, Iguana Madagaskar ini berwarna merah, bintik putih dan garis hitam di bagian punggungnya. Tubuhnya unik menyerupai kadal, iguana ini berasal dari Madagaskar sehingga kadang dipanggil dengan iguana madagaskar.
7. Iguana Gurun (Dipsosaurus)
Foto : pixabay
Merupakan jenis Iguana endemik di wilayah Sonora dan pantai Mojave di barat daya Amerika Serikat hingga barat laut Meksiko. Habitat dari Iguana Gurun berada di semak Creosote, terutama gurun pasir kering dengan ketinggian di bawah 1000 mdpl. Dijumpai pula di kawasan sub-tropis, dan hutan gugur tropis.
8. Iguana Badak/Iguana Batu
Foto : wikipedia.org
Iguana badak memiliki ukuran tubuh yang besar (jumbo) dan wajahnya juga terlihat sedikit menyeramkan atau ganas. Sekalipun wajah dari hewan ini tampak sangar, tetapi sebenarnya Iguana Badak ini hanya memakan tumbuhan (herbivora) dan tidak memakan daging sama sekali                   https://m.jitunews.com/read/108665/beberapa-jenis-iguana-eksotis-yang-cocok-buat-dipelihara
Iguana iguana.jpg    Iguana : adalah marga kadal yang hidup di daerah tropis Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan kepulauan Karibia. Kadal-kadal ini dideskripsikan pertama kali oleh seorang ahli hewan berkebangsaan Austria, Josephus Nicolaus Laurenti pada tahun 1768. Sejauh ini, genus Iguana hanya terdiri dari dua spesies, yaitu iguana hijau (Iguana iguana) dan iguana Antilles Kecil (Iguana delicatissima).

Pengenalan

Istilah "iguana" diketahui kemungkinan berasal dari bahasa Taino (salah satu suku asli Amerika) yaitu "iwana" yang juga merujuk pada kadal-kadal ini.[1]
Panjang tubuh iguana antara 1.5 meter hingga 1.8 meter, termasuk panjang ekor. Ciri khas dari iguana adalah memiliki jambul (seperti pada ayam jantan) di bawah rahang mereka, serta deretan sisik membentuk duri besar di tubuh bagian atasnya, yang berjejer dari leher hingga pangkal ekor. Selain itu, iguana juga memiliki organ tubuh mirip mata pada bagian atas kepalanya. Organ tersebut berfungsi untuk menganalisis cahaya di sekitarnya. Warna tubuh iguana bervariasi, mulai dari hijau terang, hijau kecokelatan, hijau lumut, hijau kekuningan atau keabu-abuan, atau cokelat karamel. Ekor iguana berwarna sama dengan tubuh dan dihiasi dengan belang belang hitam atau gelap dari pangkal hingga ujung.[2][3]
Iguana telah beradaptasi dengan baik sebagai kadal pohon dan kadal pemakan tumbuhan (herbivora). Akan tetapi, mereka tetap memerlukan nutrisi hewani, biasanya dengan memakan serangga kecil yang ada di tumbuhan yang mereka makan.
Callos rhodos 120610-0642 krw.jpgUlar tanah (Calloselasma rhodostoma) adalah sejenis ular keluarga Beludak berbisa yang amat agresif. Termasuk ke dalam anak suku Crotalinae (bandotan berdekik), ular tanah menyebar di Asia Tenggara dan Jawa. Ular ini juga dikenal dengan nama-nama lokal seperti Bandotan bedor, oray lemah, oray gibug (Sd.), ular edor (Karimunjawa), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Malayan pit viper.
Ular ini berukuran tidak terlalu besar, cenderung gemuk, dan agak pendek. Panjang rata-rata sekitar 76 cm, hewan betina cenderung lebih panjang dari yang jantan; kadang-kadang dijumpai pula spesimen yang lebih panjang, hingga 91 cm.[3]
Punggung berwarna cokelat agak kemerahan atau kemerah-jambuan. Sepanjang bagian tengah punggung dihiasi oleh 25–30 pasang corak segitiga besar cokelat gelap, berseling dengan warna terang kekuningan atau keputihan; dan puncak segitiga-segitiga itu bertemu atau berseling di garis vertebral. Sisi samping (lateral) berwarna lebih pucat atau lebih buram, dengan bercak-bercak cokelat gelap besar terletak beraturan hingga ke dekat anus. Sisi bawah tubuh putih kemerah jambuan, bebercak cokelat gelap dan terang.[4] Keseluruhan warna punggung itu memberi kesan penyamaran yang kuat manakala ular berada di antara serasah kering.
Sisi bawah tubuh
Kepala menyegitiga dengan moncong meruncing; berwarna cokelat gelap, dengan sepasang pita keputihan di atas mata dan pola keputihan serupa anak panah di tengkuk. Sisi kepala cokelat gelap dan bibir berwarna putih abu-abu jambon, batas kedua warna itu berbiku-biku serupa renda. Kulit dinding mulut putih kebiruan.[4]
Sisik ventral 148-166, anal tunggal (tak berbagi), subkaudal 35-52; sisik dorsal dalam 21 (jarang 19) deret; sisik labial atas 7-9, tak ada yang menyentuh mata. Tak sebagaimana lazimnya bandotan berdekik, sisi atas kepala ular tanah tertutupi oleh perisai-perisai yang simetris.[4] Ciri ini bersifat khas dan tak ada duanya di antara kelompok bandotan berdekik Asia.[5]

Agihan

Siap menyerang pengganggu
Ular ini tersebar di Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Semenanjung Malaya bagian utara dan Jawa, khususnya Jawa Barat, Jawa Tengah bagian barat, dan Karimunjawa. Lokasi spesimen tipe yang dideskripsikan adalah "Jawa".[2]

Ekologi dan kebiasaan

Ular tanah merupakan predator penyergap, hanya melingkar di tanah atau di atas serasah menunggu mangsanya lewat di dekatnya dan jarang bergerak. Ular ini menghuni hutan belukar, semak-semak, atau lahan pertanian yang lembab dan kurang terurus. Sering pula ditemukan di sekitar pemukiman.[6]
Mangsanya adalah hewan pengerat kecil, burung, kadal, dan kodok,[6] ular tanah terutama aktif pada malam hari (nokturnal). Ular ini berkembang biak dengan bertelur (ovipar), dan telur-telurnya dijagai oleh betina hingga menetas[5].
Pola warna dan perilakunya memberikan kamuflase yang baik, sehingga ular tanah tidak mudah terlihat dan sering terlewat dari perhatian[6]. Di pihak lain, ular ini sangat agresif dan dapat menyerang dengan cepat jika merasa terganggu. Ular ini memipihkan badannya disaat merasa terancam, membentuk leher seperti huruf "S" dan siap menyerang.

Gigitan dan bisa

Di Semenanjung Malaya bagian utara, diperkirakan terjadi 700 kasus gigitan ular ini pada manusia setiap tahun, dengan tingkat kematian sebesar 2 persen.[5] Gigitan ular ini sangat menyakitkan, menimbulkan pembengkakan, dan kadang-kadang terjadi kematian jaringan (gangreen, nekrosis). Meskipun gigitan fatal jarang terjadi, namun banyak korbannya yang kemudian mengalami kerusakan atau disfungsi anggota badan, atau bahkan harus diamputasi, karena ketiadaan serum anti-bisa atau keterlambatan pengobatan.[7]
Pada pihak lain, bisa ular tanah mengandung bahan anti-koagulan yang dapat mencegah pembekuan darah. Telah sejak lama diusulkan untuk mengisolasi bahan aktif ini, untuk kepentingan pengobatan trombosis.[8] Salah satu bahan aktif ini adalah ancrod, enzim serupa-trombin yang kini digunakan secara luas untuk penelitian, dan untuk pengobatan klinis sebagai anti-koagulan.[9]

 https://id.wikipedia.org/wiki/Ular_tanah

Berkas:Python reticulatus сетчатый питон-2.jpg
Sanca kembang atau sanca batik atau disebut juga sanca timur laut adalah sejenis ular dari suku Pythonidae yang berukuran besar dan memiliki ukuran tubuh terpanjang di antara ular lain. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 8.5 meter dan merupakan ular terpanjang di dunia.[1] Lebih panjang dari anakonda (Eunectes), ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. Nama-nama lainnya adalah ular sanca; ular sawah; sawah-n-etem (Simeulue); ular petola (Ambon); dan dalam bahasa Inggris reticulated python atau kerap disingkat retics. Sedangkan nama ilmiahnya yang sebelumnya adalah Python reticulatus, kini diubah genusnya menjadi Malayopython reticulatus.[2]

Identifikasi

Sanca kembang ini mudah dikenali karena umumnya bertubuh besar. Keluarga sanca (Pythonidae) relatif mudah dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-sisik dorsalnya yang lebih dari 45 deret, dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar sisi bawah tubuhnya. Di Indonesia barat, ada tiga spesies bertubuh gendut pendek yakni kelompok ular peraca (Python curtus group: P. curtus, P. brongersmai dan P. breitensteini) di Sumatra, Kalimantan dan Semenanjung Malaya.
Dua spesies yang lain bertubuh relatif panjang, pejal berotot: P. molurus (sanca bodo) dan M. reticulatus. Kedua-duanya menyebar dari Asia hingga Sunda Besar, termasuk Jawa. P. molurus memiliki pola kembangan yang berbeda dari reticulatus, terutama dengan adanya pola V besar berwarna gelap di atas kepalanya. Sanca kembang memiliki pola lingkaran-lingkaran besar berbentuk jala (reticula, jala), tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih di sepanjang sisi dorsal tubuhnya. Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis tengah yang membagi dua kanan kiri kepala secara simetris. Dan masing-masing satu garis hitam lain yang lebih tebal berada di tiap sisi kepala, melewati mata ke belakang.
Sisik-sisik dorsal (punggung) tersusun dalam 70-80 deret; sisik-sisik ventral (perut) sebanyak 297-332 buah, dari bawah leher hingga ke anus; sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 75-102 pasang. Perisai rostral (sisik di ujung moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas) terdepan memiliki lekuk (celah) pendeteksi panas (heat sensor pits) (Tweedie 1983).

Biologi dan persebaran

Sanca kembang terhitung ular terpanjang di dunia. Ular terpanjang yang terkonfirmasi berukuran 6.95 m di Balikpapan, Kalimantan Timur[1] sedangkan berat maksimal yang tercatat adalah 158 kg (347.6 lbs). Ular sanca termasuk ular yang berumur panjang, hingga lebih dari 25 tahun.
Ular-ular betina memiliki tubuh yang lebih besar. Jika yang jantan telah mulai kawin pada panjang tubuh sekitar 7-9 kaki, yang betina baru pada panjang sekitar 11 kaki. Dewasa kelamin tercapai pada umur antara 2-4 tahun.
Musim kawin berlangsung antara September hingga Maret di Asia. Berkurangnya panjang siang hari dan menurunnya suhu udara merupakan faktor pendorong yang merangsang musim kawin. Namun, musim ini dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Shine et al. 1999 mendapatkan bahwa sanca kembang di sekitar Palembang, Sumatra Selatan, bertelur antara September-Oktober; sementara di sekitar Medan, Sumatra Utara antara bulan April-Mei.
Jantan maupun betina akan berpuasa di musim kawin, sehingga ukuran tubuh menjadi hal yang penting di sini. Betina bahkan akan melanjutkan puasa hingga bertelur, dan sangat mungkin juga hingga telur menetas (McCurley 1999).
Sanca kembang bertelur antara 10 hingga sekitar 100 butir. Telur-telur ini ‘dierami’ pada suhu 88-90 °F (31-32 °C) selama 80-90 hari, bahkan bisa lebih dari 100 hari. Ular betina akan melingkari telur-telur ini sambil berkontraksi. Gerakan otot ini menimbulkan panas yang akan meningkatkan suhu telur beberapa derajat di atas suhu lingkungan. Betina akan menjaga telur-telur ini dari pemangsa hingga menetas. Namun hanya sampai itu saja; begitu menetas, bayi-bayi ular itu ditinggalkan dan nasibnya diserahkan ke alam.
Sanca kembang menyebar di hutan-hutan Asia Tenggara. Mulai dari Kep. Nikobar, Burma hingga ke Indochina; ke selatan melewati Semenanjung Malaya hingga ke Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara (hingga Timor), Sulawesi; dan ke utara hingga Filipina (Murphy and Henderson 1997).
Sanca kembang memiliki tiga subspesies. Selain M.r. reticulatus yang hidup menyebar luas, dua lagi adalah M.r. jampeanus yang menyebar terbatas di Pulau Tanah Jampea dan M.r. saputrai yang menyebar terbatas di Kepulauan Selayar. Kedua-duanya di lepas pantai selatan Sulawesi Selatan.[2]

Ekologi

Sanca kembang hidup di hutan-hutan tropis yang lembap (Mattison, 1999). Ular ini bergantung pada ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti sungai, kolam dan rawa.
Makanan utamanya adalah mamalia kecil, burung dan reptilia lain seperti biawak. Ular yang kecil memangsa kodok, kadal dan ikan. Ular-ular berukuran besar dilaporkan memangsa anjing, monyet, babi hutan, rusa, bahkan manusia yang ‘tersesat’ ke tempatnya menunggu mangsa (Mattison 1999, Murphy and Henderson 1997, Shine et al. 1999). Ular ini lebih senang menunggu daripada aktif berburu, barangkali karena ukuran tubuhnya yang besar menghabiskan banyak energi.
Mangsa dilumpuhkan dengan melilitnya kuat-kuat (constricting) hingga mati kehabisan napas. Beberapa tulang di lingkar dada dan panggul mungkin patah karenanya. Kemudian setelah mati mangsa ditelan bulat-bulat mulai dari kepalanya.
Setelah makan, terutama setelah menelan mangsa yang besar, ular ini akan berpuasa beberapa hari hingga beberapa bulan hingga ia lapar kembali. Seekor sanca yang dipelihara di Regent’s Park pada tahun 1926 menolak untuk makan selama 23 bulan, tetapi setelah itu ia normal kembali (Murphy and Henderson 1997).

Taksonomi

Penelitian Filogenetik terbaru mendapatkan hasil yang sangat mencengangkan, bahwa Ular Sanca Kembang dan Ular Sanca Timor ternyata lebih dekat dengan Australasian Python dibanding dengan genus Sanca sejati yang lain.Sehingga Ular Sanca Kembang dan Ular Sanca Timor dimasukkan dalam genus baru, yaitu Broghammerus. Namun, pada tahun 2013-2014, para ilmuwan melakukan studi DNA lagi sampai akhirnya kedua ular ini dimasukkan dalam genus baru lagi, yakni Malayopython.[2]

Sanca dan Manusia

Sanca --terutama yang kecil-- kerap dipelihara orang karena relatif jinak dan indah kulitnya. Pertunjukan rakyat, seperti topeng monyet, seringkali membawa seekor sanca kembang yang telah jinak untuk dipamerkan. Sirkus lokal juga kadang-kadang membawa sanca berukuran besar untuk dipamerkan atau disewakan untuk diambil fotonya.
Sanca banyak diburu orang untuk diambil kulitnya yang indah dan bermutu baik. Lebih dari 500.000 potong kulit sanca kembang diperdagangkan setiap tahunnya. Sebagian besar kulit-kulit ini diekspor dari Indonesia, dengan sumber utama Sumatra dan Kalimantan. Semua adalah hasil tangkapan di alam liar.
Jelas perburuan sanca ini sangat mengkhawatirkan karena mengurangi populasinya di alam. Catatan dari penangkapan ular komersial di Sumatra mendapatkan bahwa sanca kembang yang ditangkap ukurannya bervariasi antara 1 m hingga 6 m, dengan rata-rata ukuran untuk jantan 2.5 m dan betina antara 3.1 m (Medan) – 3.6 m (Palembang). Kira-kira sepertiga dari betina tertangkap dalam keadaan reproduktif (Shine et al. 1999). Hingga saat ini, ular ini belum dilindungi undang-undang. CITES (konvensi perdagangan hidupan liar yang terancam) memasukkannya ke dalam Apendiks II.
 https://id.wikipedia.org/wiki/Sanca_kembang
Indiancobra.jpg 
Ular sendok atau kobra adalah sebutan khusus untuk semua jenis ular berbisa (Elapidae) yang memiliki kemampuan memipihkan lehernya hingga membentuk seperti sendok atau tudung. Istilah "ular sendok" umumnya digunakan untuk jenis-jenis Naja. Akan tetapi, beberapa spesies selain dari genus Naja yang memiliki ciri khas yang sama juga disebut "ular sendok", walaupun spesies-spesies tersebut memiliki nama atau sebutan khusus, misalnya sebutan "ular anang" yang umum untuk spesies Ophiophagus hannah, walaupun bisa juga disebut "kobra raja" atau "ular sendok raja". Ular sendok dari genus Naja (kobra sejati) tersebar di Afrika, Asia Barat, Asia Selatan, dan Asia Tenggara

istilah "kobra" dalam bahasa Indonesia diambil dari kata bahasa Inggris, cobra, yang ternyata juga berasal dari bahasa Portugis. Dalam bahasa yang terakhir, cobra adalah sebutan umum untuk ular, diambil dari bahasa Latin, colobra (coluber, colubra) yang juga berarti ular. Koloni Portugis yang datang ke Afrika dan Asia Selatan pada abad ke-16 menemukan berbagai ular yang kemudian mereka sebut cobra-capelo yang artinya "ular bertudung". Dari istilah tersebut, berkembanglah sebutan-sebutan yang mirip dalam bahasa Spanyol, Prancis, Inggris dan bahasa Eropa lainnya. Sedangkan nama ilmiah mereka, Naja, berasal dari kata bahasa Sansekerta, Nāgá (नाग) yang berarti "ular".  

Semua jenis ular sendok gigitannya dapat berakibat fatal. Sebagian besar spesies memiliki bisa neurotoksin yang kuat, yang mampu melumpuhkan jaringan saraf, mengakibatkan paralisis, dan mungkin juga memiliki kandungan racun sitotoksin, yang menyebabkan pembengkakan dan kegagalan pembekuan darah (antikoagulan). Beberapa spesies juga memiliki kandungan racun kardiotoksin (menyebabkan kardiomiopati).
Spesies-spesies ular sendok dari genus Naja ini juga merupakan beberapa dari sekian banyak spesies ular berbisa yang banyak menimbulkan kasus gigitan ular di wilayah sebarannya, di mana sebaran geografis ular sendok Naja meliputi sebagian besar Benua Afrika (termasuk sebagian daerah gurun Sahara), Asia Barat, Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Sekitar 30 sampai 40% dari gigitan yang terjadi berupa gigitan "kering", atau gigitan ular yang tidak disertai dengan mengeluarkan racun bisa.

Kobra penyembur

Beberapa jenis kobra memiliki kemampuan khusus, yaitu mampu menyemburkan bisa tepat ke arah mata pengganggunya. Jenis-jenis kobra yang memiliki kemampuan ini dikenal dengan sebutan Spitting cobra. Contohnya adalah ular-sendok sumatra (N. sumatrana) dan ular-sendok jawa (N. sputatrix), yamng mampu menyemprotkan bisa melalui taringnya. Semburan bisanya tidak selalu mengenai mata. Akan tetapi, jika mengenai mata dapat menyebabkan rasa perih atau terbakar, dan jika tidak segera ditangani (misalnya membasuh mata dengan air bersih) akan menyebabkan kebutaan permanen.

https://id.wikipedia.org/wiki/Ular_sendok



Ular weling atau Bungarus candidus alias Malayan Banded Krait. (Dok Instagram Sioux Indonesia) 





 Ular weling: dikenal dengan nama latin Bungarus candidus. Merujuk pada buku berjudul 'Venomous Snakes of the World: A Manual for Use' yang susun oleh Pasukan Militer Amfibi Amerika Serikat (AS), ular ini juga dikenal dengan nama Malayan Krait. Namun, ular ini kemudian menyebar dan kerap ditemukan di kawasan Asia Tenggara.

Untuk bisanya sendiri, ular ini juga terbilang sangat berbahaya. Berdasarkan daftar bisa ular dalam buku 'Poisonous Snakes' yang disusun oleh Tony Phelps, bisa ular weling menduduki peringkat tiga paling mematikan di dunia. Urutan pertama diduduki oleh ular sendok (Naja sputatrix) dan peringkat dua diisi oleh ular anang (Ophiophagus hannah).




Dosis yang dikeluarkan oleh ular weling dalam sekali patukan, bisa mencapai 5,4 miligram. Dengan dosis itu, ular weling hanya perlu menggunakan 1 miligram saja untuk membunuh manusia.

Berikut adalah dosis fatal minimal (MLD) bisa berbagai jenis ular bagi manusia, disampaikan Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia, Aji Rachmat, mengutip dari buku 'Poisonous Snakes' dari Tony Phelps:

1. Ular sindok (Naja sputatrix)
- dosis rata-rata yang dikeluarkan sekali mematuk: 211,3 mg
- dosis fatal bagi manusia: 15 mg

2. Ular anang (Ophiophagus hannah)
- dosis rata-rata yang dikeluarkan sekali mematuk: 100 mg
- dosis fatal bagi manusia: 12 mg

3. Ular weling (Bungarus candidus)
- dosis rata-rata yang dikeluarkan sekali mematuk: 5,4 mg
- dosis fatal bagi manusia: 1 mg

4. Ular welang (Bungarus fasciatus)
- dosis rata-rata yang dikeluarkan sekali mematuk: 42,9 mg
- dosis fatal bagi manusia: 10 mg

5. Ular bandotan puspo (Vipera russellii)
- dosis rata-rata yang dikeluarkan sekali mematuk: 72 mg
- dosis fatal bagi manusia: 42 mg

6. Ular hijau (Trimeresurus albolabris)
- dosis rata-rata yang dikeluarkan sekali mematuk: 14,1 mg
- dosis fatal bagi manusia: 100 mg

7. Ular tanah (Agkistrodon rhodostoma)
- dosis rata-rata yang dikeluarkan sekali mematuk: 40-60 mg
- dosis fatal bagi manusia: 40 mg

Dalam Bahasa Inggris, ular weling biasa disebut blue krait atau Malayan krait. Ular yang tak asing bagi sebagian warga pedesaan Indonesia ini ternyata masuk ranking 4 ular dengan bisa paling beracun di dunia. Hal ini dicatat oleh Reptile Gardens, ular weling masuk ranking 4 bersama ular koral, ular boomslang dari Afrika, ular laut berparuh (beaked sea snake), ular derik Mojave, ular harimau, death adder, golden lancehead, dan ular derik Amerika Selatan. Ular paling berbisa di dunia adalah ular taipan

https://news.detik.com/berita/d-4678356/ular-weling-masuk-4-besar-ular-paling-berbisa-di-dunia

Wednesday, January 29, 2020

ULAR GONYOSOMA OXYCEPHALUM


Red Tailed Racer (Gonyosoma oxycephalum) on the handrail (22904672640).jpg

Ular bajing (Gonyosoma oxycephalum) atau juga disebut ular bamban, adalah sejenis ular tikus hijau yang hidup dan berkelana di pepohonan. Ular ini tersebar luas di Asia Tenggara. Dinamakan ular bajing karena ular ini sering ditemukan memangsa bajing dan tupai pohon, selain tikus sebagai makanan utamanya. Dalam bahasa Inggris, ular ini disebut Arboreal ratsnake, red-tailed greensnake, atau red-tailed racer. Sedangkan nama spesifiknya, oxycephalum, berasal dari dua kata: oxy="tajam" dan cephalos="kepala", mengacu pada bentuk kepalanya yang meruncing mirip ujung panah

Penyebaran

Ular bajing tersebar luas di Kep. Andaman, Myanmar, Laos, [{Vietnam]], Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia (Sumatra, Nias, Mentawai, Kep. Riau, Bangka-Belitung, Jawa, Kalimantan, dan pulau-pulau di sekitarnya) dan Filipina (Balabac, Bohol, Lubang, Luzon, Negros, Palawan, Kep. Sulu, Panay, Agusan del Sur, Dinagat)

Ekologi

Ular bajing aktif pada siang hari dan berkelana di atas pohon. Ular ini dapat ditemukan di dataran rendah hingga ketinggian 1100 meter DPL. Seperti ular tikus lainnya, tikus adalah makanan utama ular bajing. Selain tikus, ular ini juga memangsa kelelawar, burung, dan kadal. Ular ini membunuh mangsanya dengan cara membelitnya. Jika diganggu, ular ini akan memipihkan lehernya dan menjulur-julurkan lidahnya.
Ular bajing berkembangbiak dengan bertelur (ovipar). Jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 5 sampai 12 butir. Anak ular bajing yang baru menetas berukuran panjang sekitar 40 sampai 55 cm. 
https://id.wikipedia.org/wiki/Ular_bajing
 

Thursday, January 16, 2020

jenis jenis varanus yang di dilindungi di indonesia


Biawak Abu-AbuVaranus nebulosusClouded Monitor
Biawak AruVaranus beccariBlack Tree Monitor
Biawak BanggaiVaranus melinusQuince Monitor
Biawak CoklatVaranus panoptesYellow-spotted Monitor
Biawak HijauVaranus prasinusEmerald Monitor
Biawak KalimantanLanthanotus borneensisBorneo Earless Monitor
Biawak KerdilVaranus similisSpotted Tree Monitor
Biawak KomodoVaranus komodoensisKomodo Dragon
Biawak MalukuVaranus indicusMangrove Monitor
Biawak MisoolVaranus reisingeriYellow Tree Monitor
Biawak RoteVaranus auffenbergiRidgetail Monitor
Biawak TimorVaranus timorensisTimor Monitor
Biawak TogianVaranus togianusTogian Water Monitor
Biawak WaigeoVaranus boehmeiGolden Speckled Tree Monitor
https://kukangku.id/daftar-satwa-dilindungi-amfibi-reptil-ikan-dll/

       ULAR SANCA BODO/PYTHON MOLURUS SANCA BODO/ MOLURUS PYHTON: Sanca bodo   ( Python bivittatus ) adalah sejenis  ULAR   besar  . ...